Dalam rangka mendekat Diri kepada Allah itu, perlu tanjakan atau tingkatan-tingkatan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi. Seperti lazim dikerjakan oleh kaum Shuffi yang merupakan kesempurnaan Agama Islam. Sebagaimana Ilmu Tasawuf menerangkan, bahwa Syari’at itu hanya peraturan-peraturan belaka. Tarikatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan Syari’at itu. Apabila Syari’at dan Tarikat itu sudah dapat dikuasai, maka lahirlah Hakikat yang tidak lain dari pada perbaikan keadaan Ahwal.

Sedangkan tujuan terakhir ialah Ma’rifat, yaitu mengenal Tuhan yang sebenar-benarnya serta mencintainya sebaik-baiknya. Syari’at ialah pengenalan jenis perintah dan Hakikat ialah pengenalan pemberi perintah. Demikianlah maka benar sekali apa yang diterangkan oleh AL GHAZALI, merupakan jalan ini mendekatkan Diri kepada Allah, memerlukan tanjakan-tanjakan bathin. Hal ini perlu mengosongkan Bathin manusia dan mengisinya dengan Zikir/ingat kepada Allah.

Sebuah Hadist Qudsi mengatakan :
“Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi
Maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku
Maka Kujadikan Mahluk
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku"
Ali Bin Abi Talib bertanya kepada Rasulullah :

“Ya Rasulullah, manakah Tarekat yang sedekat-dekatnya mencapai Tuhan?"

Yang di jawab oleh Rasulullah : “Tidak lain daripada Zikir kepada Allah”

Pada Suatu hari datsng seorang lelaki (Jibril) dan bertanya : Apakah itu Iman?

Nabi menjawab, Iman itu adalah :
Engkau percaya adanya Tuhan
Percaya Malaikatnya
Percaya Pertemuan Tuhan di Akhirat
Percaya Rasul Rasulnya
Percaya Hari Kebangkitan.

Apakah Islam itu?
Nabi menjawab, Islam itu adalah menyembah Allah dan jangan perserikatnya, menegakkan Sholat, menunaikan Zakat, berpuasa di bulan Ramadhan.

Apakah Ikhsan itu?
Nabi menjawab, Ikhsan itu adalah keadaan Engkau menyembah Tuhan, seakan akan Engkau melihatnya, sekiranya Enkau tidak melihatnya, maka Allah melihat Engkau. (Bukhari)