اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ اللهِ



Asal Kata Syahadat
Bahasa Arab : Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (شهد), yang artinya "ia telah menyaksikan". Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan akan ke-Esa-an Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai rasulNya.

Bahasa Sunda : Dalam kata sunda kita kenal "saha" berarti (siapa). Sahadat, dalam bahasa Sunda dimaknai : Saha-Dzat-NA? dan Sah-Adat-Na sebagai Muslim.


Makna Syahadat
Apa sebenarnya arti syahadat? Kebanyakan umat muslim mengartikannya sebagai kalimat yang hanya diucapkan di lidah tetapi tak mengetahui makna sebenarnya.

Dan sebagian orang hanya menganggap bahwa syahadat adalah bukti kerasulan dan pengakuan adanya Allah.


~ Makna Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah.

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga."(HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih)
Yang dimaksud dengan "ikhlas" di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang karenanya Allah menciptakan alam. Seperti yang tersirat dalam : "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)". (Ath-Thur: 35-36)

Rasulullah (Muhammad) tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan perkataan dia "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami".

~ Pengakuan Ketauhidan
Seorang muslim hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah dan tiada Tuhan yang lain selain Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

~ Pengakuan Kerasulan
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah seperti yang disampaikan melalui Muhammad, sebagai contoh meyakini hadist-hadist Muhammad.


Kandungan Syahadat

1. Ikrar
Ikrar adalah pernyataan seorang muslim mengenai keyakinannya. Ketika seseorang mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang ia ikrarkan.

2. Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Seorang muslim harus siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

3. Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah, yang terkandung dalam al-Qur'an maupun hadist rasul.

4. Persaksian
Syahadat juga bermakna penyaksian. Artinya, bahwa setiap muslim menjadi saksi atas pernyataan ikrar, sumpah dan janji yang dinyatakannya. Dalam hal ini adalah kesaksiannya terhadap keesaan Allah dan terhadap kerasulan Nabi Muhammad.
Dalam segi agama, syahadat dianggap sebagai bukti bahwa seseorang benar meyakini Islam, ketika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat maka dianggap telah mengikuti ajaran Muhammad.

Semudah itukah kita mengikuti ajaran Islam? Apakah orang-orang non muslim yang mengucapkan kalimat syahadat walaupun didepan para saksi, maka dia seorang muslim?

Ketahuilah arti syahadat, bukan hanya ucapan dan pengakuan kerasulan Muhammad, tetapi dalam kalimat syahadat mengandung arti percakapan antara Muhammad dan Allah sang pencipta. Bukankah kita tahu saat menerima menerima ajaran Tauhid, beliau berkotemplasi (merenung) di Gua Hira.

Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu batal. Apabila seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya tidak sah.


Syarat syahadat secara syariat, hakekat, thorekat dan makrifat ada tujuh, yaitu:

1. Pengetahuan
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Orang yang bersangkutan wajib memahami isi dari dua kalimat yang dinyatakan serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.

2. Keyakinan
Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun ragu terhadap makna tersebut.

3. Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima oleh Allah.

4. Kejujuran
Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.

5. Kecintaan
Kecintaan berarti mencintai Allah dan Muhammad serta orang-orang yang beriman. Cinta juga harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah rasulullah.

6. Penerimaan
Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan rasul-Nya, dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah, dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syariat Islam. Bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Al Qur'an dan sunnah rasul.

7. Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Muhammad secara lahiriyah. Seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan Allah. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan adalah bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik. Oleh karena itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan amirnya dan selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.



Arti Syahadat, Dialog Rasul Dan Allah

Secara syariat, lidah kita mampu dengan lancar mengucap syahadat walaupun mereka dari non muslim sekalipun. Tapi bukan berarti pengucap kalimat memahamiarti syahadat dibalik kalimat ini:

AsshHaduala ilahailallah wa asshHaduana muhammadurrasulullah (aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)

Maka akan timbul pertanyaan, siapakah yang pantas mengucap kalimat diatas? Jika dipenggal maka arti syahadatitu akan menjadi dua bagian, dimana masing-masing kalimat memiliki arti tersendiri.

Kalimat mana yang diucapkan Muhammad dan kalimat mana pula yang diucapkan Allah kepada Muhammad.

Ketika Rasulullah Isra' Mi'raj melewati tujuh lapis langit hingga berakhir di alam Nur, alam dimana dzat Allah tak terbatas, maka terjadilah dialog antara Allah dan Muhammad.

Apa sebenarnya yang disampaikan Allah kepada Muhammad sebelum menerima kewajiban sholat? Percakapan yang terucap adalah syahadat.

Saat rasul menghadap Allah, dia mengucapkan : Ya Allah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa Kau adalah Tuhanku yang menciptakan alam semesta beserta isinya (AsshHaduala ilahailallah)

Kemudian Allah bertanya kepada Muhammad, "Apa bukti bahwa kau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?"

Muhammad pun menjawab "Ya Allah, Dua puluh sifat-Mu sebagai bukti bahwa Engkau lah penciptaku.

Dengan dua puluh sifat-Mu (Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatahu lil hawadists, Qiyyamuhu Ta'la Binafsihi, Wahdaniyat, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam, Qadirun, Muridun, Alimun, Hayyun, Sami'un, Bashirun, Mutakallimun) tiada lagi keraguan, bahwa Kau lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

Allah pun berkata:Jikalau itu yang kau maksud, Ya Muhammad... maka Ku angkat kau menjadi utusanku untuk menyampaikan kebenaran dan Quran kepada umat manusia (wa asshHaduana muhammadurrasulullah)

Apa yang terkandung dari kata 'Muhammad' juga ditujukan kepada seluruh pengikutnya, begitu pula dalam pengamalan syahadat dimana kita tidak hanya sebatas lidah tetapi diikuti dari qolbu yang paling dalam.

Jadi, ketika insan mengucapkan kalimat syahadat, maka sebenarnya dia berdialog dengan Tuhannya.

"Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lahseorang hamba bertemu Allah dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia akan masuk surga." (HR. Muslim)

Dan kebanyakan orang ketika mereka beribadah dengan mengucap kalimat syahadat, mereka ragu dan tidak mengerti kepada siapa sebenarnya mengakui ke-Esa-an Allah.

Dalam sudut pandang sufi dan tarikat, tidak ada hak seorang insan mengucapkan "wa asshHaduana muhammadurrasulullah" karena kalimat itu sebenarnya hak Allah. Lalu, dimana penempatannya ketika umat mengucapkan syahadat?

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" (Al Anbya, 21:25)

Kenalilah diri sendiri, maka kau akan mengenal Allah yang jauh lebih dekat daripada urat nadimu sendiri.
Alam semesta tercipta dari Nur muhammad, dan Nur muhammad berasal dari-Nya. Apapun yang ada dialam semesta adalah wujud zat Allah, terlebih zat yang ada didalam hati manusia. Maka, fahamilah makna dan arti syahadat bukan dengan fikiran tetapi melalui hati.

Makna Syahadat bagi Muslim

- Pintu masuk ke dalam Islam[1][2] dan pembeda dari umat lain
- Intisari ajaran Islam
- Dasar-dasar perubahan
- Hakikah dakwah para rasul
- Mendapat ganjaran besar[3][4][5]



Perkara yang membatalkan

Syekh Naim Yasin mengumpulkan berbagai perkataan atau perbuatan yang bisa membatalkan syahadat menjadi empat macam :

Segala macam yang mengandung pengingkaran terhadap Rububiyah Allah atau percercaan terhadap-Nya, seperti :
- meyakini bahwa pencipta dan pengatur alam ini adalah selain Allah
- meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan semua makhluk lalu Dia membiarkan mereka, tidak mengatur urusan mereka dan menjaga mereka.

Segala macam yang mengandung pencercaan terhadap nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, seperti :
- menafikan bahwa Allah swt memiliki kesempurnaan, kekuasaan atas segala sesuatu, pendengaran atau penglihatan-Nya.
- pengakuan seseorang bahwa Allah memiliki anak, istri atau Allah tidur, mengantuk, lengah, mati.

Segala macam yang mengandung pencercaan terhadap uluhiyah-Nya, seperti :
- meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang berhak diibadahi
- meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki hak membuat syari’at tanpa seidzin Allah
- meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki hak menghalalkan yang dharamkan, atau mengharamkan yang dihalalkan oleh syari’at,
- merubah batasan-batasan syari’at
- taat atau berwala kepada oang-orang kafir atau thaghut (sembahan-sembahan selain Allah).
- dsb
       
Segala macam yang mengandung pengingkaran terhadap risalah (Rasulullah) atau pencercaan terhadap para sahabatnya, seperti :
- mencerca kejujuran, amanah, iffah, keshalehan akalnya, dsb
- melakukan penghinaan terhadapnya
- mengingkari berita-berita ghaib yang datang darinya, seperti:
- pengingkaran terhadap hari kebangkitan, perhitungan, shirath, surga, neraka atau lainnya.
- mengingkari sesuatu dari ayat-ayat Al Qur’an
- ridho kepada kekufuran dan tidak ridho kepada islam.

Keempat macam tersebut meliputi perkataan, perbuatan maupun keyakinan dan seluruhnya bisa membatalkan dua kalimat syahadat dan mengeluarkan si pelakunya dari islam.

Semoga bermanfa'at

Salam RAHAYU

===============
Catatatan kaki :
  1. “Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman, “Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (HR. Bukhari Muslim)
  2. Dari Abdullah bin Umar bahwa rasulullah S.A.W bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperihalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
  3. Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari nabi S.A.W dia bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. Allah akan memasukkannya ke surge, apapun amal perbuatannya.” (HR. Bukhari)
  4. Dari Anas dari nabi S.A.W bersabda, “keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah dn di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan, dan keluar dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah kebaikan.” (HR. Bukhari)
  5. Abu Hurairah berkata, rasulullah S.A.W ditanya, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu di hari Kiamat? Rasulullah S.A.W bersabda, “Aku telah mengira ya Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukhari)